Revolusi Pendidikan Dimulai: Mu’ti Luncurkan Wajib Belajar 13 Tahun dan Kurikulum AI


Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, memaparkan sederet program prioritas Kemendikdasmen dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR pada Selasa (22/4/2025). Salah satu gebrakan utamanya adalah penerapan Wajib Belajar 13 Tahun, yang dimulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK). Program ini dirancang agar seluruh anak Indonesia mendapatkan akses pendidikan sejak usia dini secara merata.

“Ini bukan hanya soal sekolah, tapi soal keadilan pendidikan,” tegas Mu’ti.

Tak hanya fokus pada siswa, peningkatan kualitas guru juga jadi perhatian utama. Pemerintah menargetkan 806.000 guru mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun ini. Bagi guru yang belum mengantongi gelar D4 atau S1, disiapkan bantuan pendidikan khusus. Bahkan, tunjangan sertifikasi guru ditingkatkan dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 2 juta, yang langsung ditransfer ke rekening guru tanpa perantara daerah.

Di sisi pembelajaran, Kemendikdasmen tengah menyiapkan penerapan "deep learning" sebagai pendekatan baru yang lebih mendalam dan bermakna. Kajian dan uji publiknya telah rampung, sementara pelatihan guru sedang digencarkan.

Tak kalah menarik, minat dan bakat siswa juga mendapat perhatian. Kementerian menggandeng Kemenpora dan PSSI dalam program pembinaan talenta, khususnya di bidang olahraga. Kompetisi dan lomba pun digelar secara rutin untuk menampung potensi siswa.

Dalam upaya memperkuat karakter, dua program unggulan diluncurkan: “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” dan “Pagi Ceria”. Video senam dari program ini telah ditonton lebih dari 48 juta kali, mencerminkan antusiasme masyarakat yang luar biasa.

Menjawab tantangan era digital, Mu’ti mengumumkan kurikulum baru yang memasukkan coding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai mata pelajaran pilihan mulai 2025. Para guru telah mulai mendapatkan pelatihan agar siap mengajar materi-materi futuristik ini. Selain itu, sistem Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) akan menggantikan PPDB dengan sistem yang lebih adil dan terintegrasi, bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri.

Untuk mendukung kesehatan mental dan perkembangan siswa, guru BK kini mendapat pelatihan intensif perdana secara nasional. Sementara itu, beban kerja guru juga diatur ulang: cukup 16 jam mengajar per minggu, sisanya digunakan untuk bimbingan, pelatihan, dan kegiatan sosial.

Menutup pemaparannya, Mu’ti menekankan pentingnya literasi, numerasi, dan penguasaan sains sebagai fondasi pendidikan masa depan. Sebagai pelengkap Gerakan Literasi yang telah berjalan, Kemendikdasmen kini meluncurkan Gerakan Numerasi Nasional.

“Ini bukan hanya soal angka dan huruf, tapi soal masa depan bangsa,” pungkasnya.

Sum bidik24.com