IGORNAS Aceh Kehilangan Sang Pembina Penuh Cinta: Dr. Drs. Syamsulrizal, M.Kes, Pergi dengan Jejak yang Tak Tergantikan
Banda Aceh, 25 Oktober 2025
Suasana duka mendalam menyelimuti keluarga besar Ikatan Guru Olahraga Nasional (IGORNAS) Aceh. Sosok yang selama ini menjadi pembina, penuntun arah, dan penguat semangat, Dr. Drs. Syamsulrizal, M.Kes, telah berpulang ke Rahmatullah. Kepergiannya bukan hanya meninggalkan jejak prestasi dan dedikasi, tetapi juga lubang besar di hati mereka yang pernah mengenalnya.
Kenangan itu kini seperti film yang terus berputar di ingatan banyak orang — tentang bagaimana beliau berdiri di lapangan, memberi semangat kepada guru-guru muda agar tetap percaya diri mengajar olahraga di pelosok-pelosok Aceh. Tentang cara beliau menepuk bahu, memberi pesan singkat namun membekas:
“Olahraga bukan hanya tentang fisik, tapi juga tentang jiwa yang sehat dan hati yang tulus.”
Di balik gelar akademiknya yang panjang, almarhum adalah teladan kesederhanaan. Ia tak pernah membangun jarak. Ia selalu menyapa dengan hangat, menanyakan kabar keluarga, bahkan mengingat nama-nama orang yang pernah ia temui. Tidak heran jika kepergiannya meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi IGORNAS Aceh, tetapi juga bagi dunia pendidikan di seluruh Tanah Rencong.
Duka yang sama juga menyelimuti civitas akademika Universitas Syiah Kuala (USK) dan masyarakat pendidikan Aceh. Dr. Drs. Syamsulrizal, M.Kes — sosok pemimpin visioner, kolega yang hangat, serta pembina penuh inspirasi — berpulang ke Rahmatullah pada dini hari pukul 02.00 WIB. Beberapa hari sebelumnya, beliau baru saja mendaftarkan diri sebagai Calon Rektor USK, menandai niat tulusnya untuk terus berkontribusi bagi kemajuan universitas yang ia cintai.
Beliau juga dikenal sebagai abang kandung dari Prof. Dr. Mujiburrahman, MA, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Kepergiannya meninggalkan duka yang dalam, bukan hanya bagi keluarga besar USK, tetapi juga komunitas akademik nasional dan internasional. Dalam kiprahnya, beliau aktif memimpin berbagai riset kolaboratif lintas negara, menjadi teladan dalam etos kerja, dan menginspirasi banyak generasi akademisi.
“Kami di rumah duka seharian. Insya Allah besok dan beberapa hari ke depan, kami juga akan sering kemari untuk menemani keluarga beliau — menghibur, menguatkan, dan menjaga silaturahmi sebagaimana beliau ajarkan kepada kami,” ujarnya lirih.
Malam terakhir, almarhum sempat mengeluhkan mual dan nafasnya yang terasa berat, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir. Kepergiannya meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan, namun juga jejak kebaikan yang akan terus hidup dalam kenangan semua yang pernah bekerja bersamanya.
Pesan yang kerap beliau ucapkan kini menjadi wasiat moral bagi banyak orang:
“Teruslah berbuat baik hingga ujung usiamu.”
